Minggu, 12 Januari 2014

Antara Mantan dan Gebetan


Hey, selamat berminggu malam. Ditemani pacar postingan baru ini lebih seru kayaknya. Dan postingan kali ini terinspirasi dari cerita teman dekat gue yang sebulanan ini kita jadi jauh lebih dekat dari sebelumnya, dan apa-apanya pasti berdua. Kita so sweet, kita romantis. Tapi tenang, kita cuman temen kok. Gak lebih.

Gini loh, dia ini kemaren lagi dekat-dekatnya sama seorang cowok. Dan kemudian, si cowok tiba-tiba berubah dan kemudian menghilang. Cling.. kayak Jinny Oh Jinny gitu. Setelah dilakukan pengamatan lebih jauh, ternyata si  cowok masih stuck sama mantannya. Dan nasib temen gue ini (yang bisa dibilang gebetan) ya, gitu, menyedihkan.

Berbekal ke-maha sok tauan gue, gue akhirnya menuangkan cerita ini ke dalam sebuah tulisan. Dan tentunya dianalogikan, biar lebih gampang gitu di cernanya. Oke, inilah tulisan kesotoyan gue.

Menurut gue, memang ada orang yang udah putus, kemudian dekat sama orang lain (gebetan) tapi kedekatan sama si masa lalu (mantan) tetap lengket kayak lem super. Orang yang kayak gitu apa udah move on? Jawabnya udah, di bibir. Dihati? Belom tentu.

Orang semacam ini adalah orang yang hatinya sedang terombang ambing. Bingung antara memulai dengan yang baru atau kembali bersama masa lalu. Untuk menentukan pilihan, gak jarang si mantan dan si gebetan di Compared abis-abisan. Hasilnya bisa ditebak. Si mantan akan selalu menang. Kenapa? Karena penilaian yang berat sebelah. Membandingkan yang baru dikenal dengan yang sudah bertahun-tahun dikenal itu gak adil.

Semua hal tentang mantan, memori otak udah nyimpan semua filenya dengan rapi, dan hati sudah terbiasa buat menerima. Maka apapun yang dilakukan mantan, akan selalu bisa dimaklumi. Berbeda dengan gebetan. Otak baru melakukan proses identifikasi, untuk kemudian bisa diterima hati. Dan itu gak mudah dan perlu waktu.

Bersama mantan kadang lebih nyaman daripada gebetan. Penyebabnya, ya, itu tadi, terbiasa. Ditambah lagi porsi mantan di hati yang lebih banyak di bandingkan gebetan, membuat posisi gebetan jauh tertinggal dan semakin sulit.

Dalam kasus ini, mantan adalah motoGP, sedangkan gebetan adalah otopet. Gebetan  mustahil akan menang.

Pertanyaannya sekarang gini, kalo sama mantan masih nyaman, kenapa gak balikan?

Nyaman, itu timbul dari kebiasaan. Kita ambil contoh gini, malas mandi. Mau mandi seminggu sekali, sebulan sekali, atau badan sampe dilalerin itu gak pernah jadi masalah. Karena apa? Karena malas mandi itu udah jadi kebiasaan. Jadi mandi gak mandi, itu nyaman-nyaman aja tuh.

Begitupun saat bersama mantan. Apapun dan gimanapun (baik-buruk) tetap terasa nyaman. Karena bersama mantan, proses adaptasi udah dilakukan bertahun-tahun. Tapi rasa nyaman ini, mesti di pikirkan baik baik. “Ini rasa sayang, atau Cuma nyaman karena kebiasaan”. Sayangnya, kita terlalu malas untuk berpikir demikian. Mantan sudah terlalu dominan.

Seperti kita ketahui, kebiasaan yang kita miliki itu gak selalu baik. Kadang, ada kebiasaan yang mesti di ubah. Contoh (lagi) malas mandi. Walaupun udah terlanjur nyaman dengan jarang mandi, sebenarnya kita tau bahwa sering mandi itu lebih banyak manfaatnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa mau. Kita, gak bakal tau kebaikan sering mandi kalo gak pernah meninggalkan kebiasaan jarang mandi.

Sama seperti itulah memulai dengan gebetan. Mau untuk mencoba. Gebetan akan selalu di-under estimate-kan ketimbang mantan. Karena apa? Karena gebetan terkadang tidak pernah diberi kesempatan, di beri sedikit ruang dan diberi sedikit waktu. Dan kita, terlalu malas untuk bergerak keluar “comfort zone” (dalam hal ini mantan). Sehingga penilaian lebih terhadap gebetan gak pernah ada. Dan kita, kini menjadi orang yang sangat egois. Menilai sebelah pihak, tanpa pernah terlebih dahulu mencari tahu dengan mencoba.

Poin utamanya gini. Mau >> mencoba >> menilai >> memutuskan.   
                                        
Tumbuhkan kemauan untuk meninggalkan kebiasaan jarang mandi, dan cobalah untuk memulai sering mandi. Buat penilaian atas apa yang udah kamu lakukan. Mana yang kamu rasa lebih baik. Kemudian putuskan, kamu akan tetap pada kebiasaan jarang mandi, atau membuat kebiasaan baru (sering mandi).  Terserah kamu.

Berlakukan hal yang sama pada mantan dan gebetan. Dengan demikian semua terasa lebih adil.

Dan demikianlah tulisan gue kali ini. Tentunya tulisan ini adalah opini gue semata atas apa yang terjadi dengan teman gue. Wassalam!


6 komentar:

  1. "mantan adalah motoGP, sedangkan
    gebetan adalah otopet. Gebetan mustahil akan
    menang." Wkwk lucu nih kata2nya...

    BalasHapus
  2. Haahaa.. aku anggap ini pujian ya. :D

    BalasHapus
  3. tulisan ira banyak yang "uti banget" .. :')

    BalasHapus

 

iracialist Template by Ipietoon Cute Blog Design